Kamis, 21 Agustus 2014

makalah

MAKALAH
DASAR-DASAR ILMU TANAH
JENIS TANAH DI SUMATERA UTARA

O
L
E
H
AMAL FITRIA
1309008996

 AGROEKOTEKNOLOGI

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiytBL03v0waTAcrPuHJvCsR48WT0uQI4BpK1XDYna_wkM61LoT-1zg_GiVmnJoW_0_SYIqLuQvFpU1zxD1EsolcwgV30T6oRsEnzwjnQXSbwf5Isdd-Pt4jxUkjQ1i6y5gNpiYfnMZy6GX/s1600/uisu.jpg 











FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
MEDAN
2014





KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah, penulis panjatkan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Guna memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Ilmu Kealaman Dasar yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan dasar tentang Sumber Daya Alam dan Lingkungan.
Kumpulan jurnal ini disusun untuk dijadikan sebagai patokan pembelajaran dalam menjaga kelestarian alam saat ini. Rangkaian-rangkaian materi Sumber Daya Alam dan Lingkungan diharapkan dapat membantu para pembaca dapat mengklasifikasikan sumber daya alam, bagaimana menjaga kelestarian alam dan lingkungan dengan baik, mengenali kerusakan lingkungan hidup kita, serta mengetahui etika terhadap lingkungan. Dengan kata lain, makalah ini dapat mengarahkan dan memberikan manfaat yang nyata bagi penulis dan pembaca. Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi penulis dan juga pembacanya.
Dengan selesainya jurnal ini tentu tidak terlepas dari dukungan dan dorongan dari beberapa pihak, untuk itu saya ucapkan terima kasih pada teman-teman dan semua pihak yang telah membantu, karena berkat mereka jurnal ini dapat selesai dengan tepat waktu.
Penyusun sadar, bahwa dalam karya tulis ini banyak sekali kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat diharapkan demi perbaikan yang semestinya pada karya tulis ini sangat saya harapkan pada semua pihak yang berkenan memperhatikan isi dan penulisannya  .
Akhirnya saya berharap mudah-mudahan karya tulis ini bermanfaat bagi para pembaca yang membutuhkannya.
           Medan, 14 Maret 2014
Penulis









BAB 1
PENDAHULUAN

1.      Judul makalah             :  Pengenalan Ordo  Mamalia
2.      Tanggal makalah         : 29  November 2013
3.      Tujuan makalah           :
-          Untuk mengetahui sistem pernapasan pada hewan mamalia.
-          Untuk mengetahui klasifikasi pada hewan mamalia.
-          Untuk mengetahui jumlah populasi pada hewan mamalia.


4.      Bahan dan Alat           :

4,1. Bahan                   :
-  Tikus sawa.
-  Hamster.
-  Kelinci.

2. Alat                                     :
                        - Pisau karter.
                        - sarung tangan.
- Alkohol.
           

5.      Cara kerja                    :
 - Terlebih dahulu ambil masing-masing bahan.
 - Kemudian berikan alkohol pada hewan mamalia tersebut.
 - Kemudian belah tenga pada badan hewan mamalia tersebut.
 - Lalu amati system pernafasan pada masing-masing hewan mamalia.








PEMBAHASAN
Inceptisol:
Tanah yang termasuk ordo Inceptisol merupakan tanah muda, tetapi lebih berkembang daripada Entisol. Kata Inceptisol berasal dari kata Inceptum yang berarti permulaan. Umumnya mempunyai horison kambik. Tanah ini belum berkembang lanjut, sehingga kebanyakan dari tanah ini cukup subur. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Aluvial, Andosol, Regosol, Gleihumus, dll.
Inceptisol, salah satu dari 12 perintah tanah di U. S. Taksonomi TanahInceptisols adalah. Tanah asal yang relatif baru dan ditandai dengan hanya memiliki penampilan terlemah dari cakrawala, Atau lapisan, yang diproduksi oleh faktor-faktor tanah pembentuk Mereka adalah hampir 22 persen paling banyak di Bumi, menempati semua lahan nonpolar benua. Setting geografis mereka sangat bervariasi, dari. delta sungaiuntuk Dataran Tinggi Hutan untuk Lingkungan tundra Sebagai contoh, mereka terjadi. di Lembah Mississippi, eropa Tengah, Kawasan Amazon, India timur laut, Indonesia, Dan Alaska. Mereka biasanya ditanami terangkan Artikel Baru Yang tepat Dari drainase atau erosi.
2.2 Tanah Inceptisol
Inceptisol adalah tanah muda dan mulai berkembang. Profilnya mempunyai horizon yang dianggap pembentukannya agak lamban sebagai hasil alterasi bahan induk. Horizon-horizonnya tidak memperlihatkan hasil hancuran ekstrem. Horizon timbunan liat dan besi aluminium oksida yang jelas tidak ada pada golongan ini. Perkembangan profil golongan ini lebih berkembang bila dibandingkan dengan entisol. Tanah-tanah yang dulunya dikelaskan sebagai hutan coklat, andosol dan tanah coklat dapat dimasukkan ke dalam Inceptisol. (Hardjowigeno, 1992).
Kebanyakan Inceptisol memiliki kambik. Horizon B yang mengalami proses- proses genesis tanah seperti fisik, biologi, kimia dan proses pelapukan mineral. Perubahan ini menjadi struktur kubus. (Hakim, 1986).
Inceptisol mempunyai karakteristik dari kombinasi sifat-sifat tersedianya air untuk tanaman lebih dari setengah tahun atau lebih dari tiga bulan berturut-turut dalam musim kemarau, satu atau lebih horizon pedogenik dengan sedikit akumulasi bahan selain karbonat atau silika amorf, tekstur lebih halus dari pasir berlempung dengan beberapa mineral lapuk dan kemampuan menahan kation fraksi lempung yang sedang sampai tinggi. Penyebaran liat ke dalam tanah tidak dapat diukur. Kisaran kadar C- organik dan kapasitas tukar tempat, kecuali daerah kering, mulai dari kutub sampai tropika. (Ali Kemas, 2005).
Tanah Inceptisol memiliki tekstur kasar dengan kadar pasir 60 %, hanyamempunyai horizon yang banyak mengandung sultat masam (catday), terdapat karatan. Tanah Inceptisol umumnya memiliki horizon kambik. Horizon kambik merupakan indikasi lemah atau spodik. (Hardjowigeno, 1992).
Inceptisol dapat berkembang dari bahan induk batuan beku, sedimen,metamorf. Karena Inceptisol merupakan tanah yang baru berkembang biasanyamempunyai tekstur yang beragam dari kasar hingga halus, dalam hal ini dapattergantung pada tingkat pelapukan bahan induknya. Bentuk wilayah beragam dariberombak hingga bergunung. Kesuburan tanahnya rendah, jeluk efektifnya beragam dari dari dangkal hingga dalam. Di dataran rendah pada umumnya tebal, sedangkan pada daerah-daerah lereng curam solumnya tipis. Pada tanah berlereng cocok untuktanaman tahunan atau untuk menjaga kelestarian tanah. (Munir, 1996).
ceptisol adalah tanah yang belum matang (immature) dengan perkembangan profil yang lebih lemah dibanding dengan tanah matang, dan masih banyak menyerupai sifat bahan induknya. Penggunaan Inceptisol untuk pertanian atau nonpertanian adalah beraneka ragam. Daerah-daerah yang berlereng curam atau hutan, rekreasi atau wildlife, yang berdrainase buruk hanya untuk tanaman pertanian setelah drainase diperbaiki (Hardjowigeno, 1993).
Inceptisol yang banyak dijumpai pada tanah sawah memerlukan masukan yang tinggi baik untuk masukan anorganik (pemupukan berimbang N, P, dan K) maupun masukan organik (pencampuran sisa panen kedalam tanah saat pengolahan tanah, pemberian pupuk kandang atau pupuk hijau) terutama bila tanah sawah dipersiapkan untuk tanaman palawija setelah padi. Kisaran kadar C-Organik dan kapasitas tukar kation (KTK) dalam inceptisol dapat terbentuk hampir di semua tampat, kecuali daerah kering, mulai dari kutub sampai tropika (Munir, 1996).
Inceptisol dapat dibedakan berdasarkan great groupnya. Salah satu great group dari Inceptisol adalah Tropaquepts. Tropaquepts adalah great group dari ordo tanah Inceptisol dengan subordo Aquept yang memiliki regim suhu tanah isomesik atau lebih panas. Aquept merupakan tanah-tanah yang mempunyai rasio natrium dapat tukar (ESP) sebesar 15 persen atau lebih (atau rasio adsorpsi natrium, (SAR) sebesar 13 persen atau lebih pada setengah atau lebih volume tanah di dalam 50 cm dari permukaan tanah mineral, penurunan nilai ESP (atau SAR) mengikuti peningkatan kedalaman yang berada di bawah 50 cm, dan air tanah di dalam 100 cm dari permukaan tanah mineral selama sebagian waktu dalam setahun (Soil survey staff, 1998).


1.      Andisols
Jenis tanah mineral yang telah mengalami perkembangan profil, solum agak tebal, warna agak coklat kekelabuan hingga hitam, kandungan organik tinggi, tekstur geluh berdebu, struktur remah, konsistensi gembur dan bersifat licin berminyak (smeary), kadang-kadang berpadas lunak, agak asam, kejenuhan basa tinggi dan daya absorpsi sedang, kelembaban tinggi, permeabilitas sedang dan peka terhadap erosi. Tanah ini berasal dari batuan induk abu atau tuf vulkanik. Termasuk tanah yang Subur,biasanya dimanfaatkan untuk persawahan terutama di pulau Jawa. Sementara untuk tanaman lain seperti teh, tembakau, kopi, jagung dan buah-buahan. Kendala pada tanah ini adalah terikatnya P pada mineral tanah sehingga tidak tersedia. Pemupukan P sangat diperlukan pada tanah ini lewat daun sehingga tidak terikat mineral liat tanah.

2.      Inceptisols
Tanah ini sudah lebih berkembang dibandingkan dengan Entisols.Tanah Inceptisols menyebar paling luas dibandingkan jenis tanah lainnya, yaitu sekitar 70,5 juta ha atau sekitar 37,5% dari luas daratan Indonesia. Tanah ini dapat dijumpai terutama di pulau-pulau besar seperti: Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Yang perlu diperhatikan pada tanah ini adalah miskin K dan biasanya pH tanah sangat masam-agak masam. Pengelolaan untuk tanah ini lebih pada memperkaya K dan menetralkan pH tanah.

3.      Entisols
Merupakan jenis tanah yang paling muda, biasanya berasal dari abu vulkan dan endapan sedimen. Di Indonesia tanah ini banyak terdapat di sekitar daerah gunung berapi, biasanya ditandai dengan dominasi pasir. Warnanya dominan kelabu dan biasanya lapis olahnya dangkal dan kadang sudah bertemu batuan di bawahnya. Keunggulan jenis tanah ini secara fisik adalah memiliki drainase dan aerasi yang baik. Kelemahan tanah ini adalah miskin bahan organik dan juga hara tanah khususnya nitrogen. Pengelolaan untuk jenis tanah ini sebaiknya perlu memperkaya bahan organiknya untuk memperbaiki struktur tanah yang porous dan juga sebagai sumber hara N. Disamping itu juga meminimalkan kehilangan hara karena sifat porous tanah ini. 



4.      Ultisols
Tanah ini sering dikenal dengan PMK (Podsolik Merah Kuning). Memiliki lapisan akumulasi lempung. Tanah mineral telah berkembang, solum (kedalaman) dalam, tekstur lempung hingga berpasir, struktur gumpal, konsistensi lekat, bersifat agak asam (pH kurang dari 5.5), kesuburan rendah hingga sedang, kejenuhan basa rendah, peka erosi. Tanah ini berasal dari batuan pasir kuarsa, tuf vulkanik, bersifat asam. Tersebar di daerah beriklim basah tanpa bulan kering, curah hujan lebih dari 2500 mm/tahun. Kendala tanah ini adalah selain bersifat masam juga miskin hara. Pengelolaan lebih diarahkan untuk meningkatkan pH tanah dan pemupukan K dan P. 

5.      Histosols
Dikenal sebagai tanah organik (gambut), karena hampir 80% merupakan lapisan seresah tanaman. Kendala pada tanah ini adalah kemasaman yang ekstrim, kelarutan Al dan Fe yang tinggi serta keberadaan pirit. Pengelolaan pada tanah ini lebih diarahkan bagaimana memanfaatkan gambut yang dangkal dan bukan yang dalam. Juga pengolahan tanah yang mempertimbangkan kedalaman pirit, kesalahan dalam pengolahan tanah bisa berakibat munculnya kemasaman ekstrim akibat oksidasi pirit. Serta upaya untuk menetralisir kemasaman tanah untuk menciptakan suasana ketersediaan hara.


Proses Pembentukan Tanah – Proses pembentukan tanah diawali dari pelapukan batuan, baik pelapukan fisik maupun pelapukan kimia. Dari proses pelapukan ini, batuan akan menjadi lunak dan berubah komposisinya. Pada tahap ini batuan yang lapuk belum dikatakan sebagai tanah, tetapi sebagai bahan tanah (regolith) karena masih menunjukkan struktur batuan induk. Proses pelapukan terus berlangsung hingga akhirnya bahan induk tanah berubah menjadi tanah. Nah, proses pelapukan ini menjadi awal terbentuknya tanah.
Pembentukan tanah di bagi menjadi empat tahap
Batuan yang tersingkap ke permukaan bumi akan berinteraksi secara langsung dengan atmsosfer dan hidrosfer. Pada tahap ini lingkungan memberi pengaruh terhadap kondisi fisik. Berinteraksinya batuan dengan atmosfer dan hidrosfer memicu terjadinya pelapukan kimiawi.
Setelah mengalami pelapukan, bagian batuan yang lapuk akan menjadi lunak. Lalu air masuk ke dalam batuan sehingga terjadi pelapukan lebih mendalam. Pada tahap ini di lapisan permukaan batuan telah ditumbuhi calon makhluk hidup.
Pada tahap ke tiga ini batuan mulai ditumbuhi tumbuhan perintis. Akar tumbuhan tersebut membentuk rekahan di lapisan batuan yang ditumbuhinya. Di sini terjadilah pelapukan biologis.
Di tahap yang terakhir tanah menjadi subur dan ditumbuhi tanaman yang ralatif besar.
Ada beebrapa faktor yang mendorong pelapukan juga berperan dalam pembentukan tanah. Faktor apa sajakah itu?
Curah hujan dan sinar matahari berperan penting dalam proses pelapukan fisik, kedua faktor tersebut merupakan komponen iklim. Sehingga dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor pembentuk tanah adalah iklim. Hanya kedua faktor itukah yang memengaruhi pembentukan tanah? Ada beberapa faktor lain yang memengaruhi proses pembentukan tanah, yaitu organisme, bahan induk, topografi, dan waktu. Faktor-faktor tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut.

a. Iklim
Unsur-unsur iklim yang memengaruhi proses pembentukan tanah terutama unsur suhu dan curah hujan.
1) Suhu/Temperatur
Suhu akan berpengaruh terhadap proses pelapukan bahan induk. Apabila fluktuasi suhu tinggi, maka proses pelapukan akan berlangsung cepat sehingga pembentukan tanah juga cepat.
2) Curah Hujan
Curah hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah, sedangkan pencucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam (pH tanah menjadi rendah).
b. Organisme (Vegetasi, Jasad Renik/Mikroorganisme)
Organisme sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah dalam hal:
1) Membantu proses pelapukan baik pelapukan organik maupun pelapukan kimiawi. Pelapukan organik adalah pelapukan yang dilakukan oleh makhluk hidup (hewan dan tumbuhan), sedangkan pelapukan kimiawi terjadi oleh proses kimia seperti batu kapur yang larut oleh air.
2) Membantu proses pembentukan humus. Tumbuhan akan menghasilkan dan menyisakan daun-daunan dan ranting-ranting yang menumpuk di permukaan tanah. Daun dan ranting itu akan membusuk dengan bantuan jasad renik/mikroorganisme yang ada di dalam tanah.
3) Pengaruh jenis vegetasi terhadap sifat-sifat tanah sangat nyata terjadi di daerah beriklim sedang seperti di Eropa dan Amerika. Vegetasi hutan dapat membentuk tanah hutan dengan warna merah, sedangkan vegetasi rumput membentuk tanah berwarna hitam karena banyak kandungan bahan organik yang berasal dari akar-akar dan sisa-sisa rumput.
4) Kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah. Contoh, jenis tanaman cemara akan memberi unsur-unsur kimia seperti Ca, Mg, dan K yang relatif rendah, akibatnya tanah di bawah pohon cemara, derajat keasamannya lebih tinggi daripada tanah di bawah pohon jati.
c. Bahan Induk
Bahan induk terdiri atas batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen (endapan), dan batuan metamorf. Batuan induk itu akan hancur menjadi bahan induk, kemudian akan mengalami pelapukan dan menjadi tanah.
Tanah yang terdapat di permukaan Bumi sebagian memperlihatkan sifat (terutama sifat kimia) yang sama dengan bahan induknya. Bahan induk terkadang masih terlihat pada tanah baru, misalnya tanah bertekstur pasir berasal dari bahan induk yang kandungan pasirnya tinggi. Susunan kimia dan mineral bahan induk akan memengaruhi intensitas tingkat pelapukan dan vegetasi di atasnya. Bahan induk yang banyak mengandung unsur Ca akan membentuk tanah dengan kadar ion Ca yang banyak pula, akibatnya pencucian asam silikat dapat dihindari dan sebagian lagi dapat membentuk tanah yang berwarna kelabu. Sebaliknya bahan induk yang kurang kandungan kapurnya membentuk tanah yang warnanya lebih merah.
d. Topografi/Relief
Keadaan relief suatu daerah akan memengaruhi:
1) Tebal atau Tipisnya Lapisan Tanah
Gambar 6.79 Tanah di pegunungan
Sumber: www.geocities.ip Gambar 6.79 Tanah di pegunungan vulkan.
Gambar 6.80 Tanah di daerah pantai
Sumber: www.asia.geocities.com Gambar 6.80 Tanah di daerah pantai
Gambar 6.81 Tanah pada pegunungan kapur.
Sumber: Pengenalan Bentang Alam, halaman 130
Gambar 6.81 Tanah pada pegunungan kapur.
Daerah yang memiliki topografi miring dan berbukit, lapisan tanahnya lebih tipis karena tererosi, sedangkan daerah yang datar lapisan tanahnya tebal karena terjadi sedimentasi.
2) Sistem Drainase/Pengaliran
Daerah yang drainasenya jelek seperti sering tergenang menyebabkan tanahnya menjadi asam.
e. Waktu
Tanah merupakan benda alam yang terus-menerus berubah, akibat pelapukan dan pencucian yang terus-menerus. Oleh karena itu, tanah akan menjadi semakin tua. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami pelapukan, sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa. Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan, maka induk tanah berubah berturut-turut menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua.





D. Sifat Kimia Tanah
Sistem tanah tersusun oleh tiga fase yaitu padat, cairan, dan gas. Fase padat merupakan campuran mineral dan bahan organik dan membentuk jaringan kerangka tanah. Fase cairan yang juga disebut larutan tanah terdiri atas air dan zat-zat terlarut. Zat terlerut ini kadang berupa garam bebas dan seringkali ion dari garam-garam tersebut terikat pada lempung, bahan kolodial lainnya/zat organik terlarut. Fase gas atau udara tanah merupakan campuran dari beberapa gas. Kandungan dan komposisi udara tanah ditentukan oleh hubungan air tanah-tanaman (Tan, 1991).
Koloid tanah terdiri atas liat dan bahan organic merupakan dasar dari terjadinya penyerapan (absorbsi) dan pertukaran ion dalam tanah. Koloid liat terdiri atas mineral liat kristalan dan amorf serta mineral liat bukan silikat. Sifat koloid liat antara lain :
1. Berbentuk kristal umumnya.
2. Mempunyai permukaan yang luas karena itu relatif.
3. Bermuatan negatif karena penyerap kation.
4. Juga ada bermuatan posituf karena itu penyerap anion.
5. Menyerap dan mempertukarkan ion, serta menyerap air.
6. Mudah mengalami substitusi isomorfik sehingga bermuatan negative.
7. Merupakan suatu garam yang bersifat masam (Bailey, 1986).
Kejenuhan basa tanah berbeda-beda, tanah pada daerah kering umumnya jenuh dengan demikian akan mempinyai lebih banyak ion H+ dan Al3+ daripada tanah kering. Antara prosentase kejenuhan basa dan pH terdapat korelasi yang nyata. Menurunnya kejenuhan basa karena                              kalsium hilang (Soegiman, 1982).
Reaksi tanah berkisar antara agak masam hingga netral, kapasitas tukar kation dan basa-basanya beragam dari rendah hingga tinggi, bahan organik pada umumnya sedang hingga rendah (Buckman, 1982).
Untuk dapat mengetahui struktur tanah yang baik maka harus ada kadar kapur yang cukup didalam tanah. Keadaan tanah ini dapat dicapai jika ion Ca menduduki 80 % dari semua kation yang diikat komplek liat. Keadaan kapur yang baik adalah merupakan syarat yang penting untuk membentuk struktur tanah. Pada tanah liat yang telah kehilangan banyak kapur atau ditambah lumpur yang kekurangan kapur akan menyebabkan pH menjadi turun, karena berubah menjadi masam (Soepardi, 1979).
Bahan organik tanah adalah semua reaksi bukan mineral yang ditemukan sebagai komponen penyusun tanah. Bahan organik merupakan sisa tumbuhan atau hewan seluruhnya yang telah mengalami perombakan jasad renik hidup. Bahan organik ini terdapat dalam tanah dengan jumlah relatif sedikit yaitu 3-5 dari berat bahan dalam top soil tanah mineral yang mewakili, tetapi pengaruh terhadap sifat tanah dan kehidupan tanaman sangat penting
(Darmawijaya, 1990).
Untuk mendapat stuktur tanah yang baik maka harus ada kadar kapur yang cukup di dalam tanah. Keadaan tanah ini dapat dicapai jika ion Ca menduduki 80% dari semua kation yang diikat komplek liat. Keadaan kapur yang baik adalah merupakan syarat yang penting untuk membentuk struktur tanah. Pada tanah liat yang telah kehilangan banyak kapur atau ditambah lumpur yang kekurangan kapur akan menyebabkan pH menjadi turun, karena berubah menjadi masam (Soepardi, 1979).
Penggunaan lahan pertanian yang intensif secara langsung dapat mempercepat pelapukan bahan organik. Berkurangnya bahan organik tanah dipercepat oleh tidak dikembalikannya sisa hasil panen sebagai salah satu sumber bahan organik tanah. Bahan organik sangat penting pada tanah pertanian sehingga perlu dipertahankan dan ditingkatkan                           secara teratur (Salwati dan Yardha, 1999).

E. Analisis Lengas Tanah
Tanah adalah produk transformasi mineral dan bahan organik yang terletak di permukaan sampai kedalaman tertentu yang dipengaruhi oleh faktor genetis lingkungan, yaitu bahan induk, iklim, organisme hidup (mikroorganisme dan makroorganisme), topografi, dan waktu yang sangat panjang. Tanah dapat dibedakan dari ciri-ciri bahan induk asalnya baik secara fisik, kimia, biologi, maupun morfologinya
(Rodriquez-Iturbe dan Amilcar, 2004).
Bahan organik dalam tanah dapat didefinisikan sebagai sisa-sisa tanaman dan hewan di dalam tanah pada berbagai pelapukan dan terdir dari organisme yang masih hidup ataupun yang sudah mati. Didalam tanah, bahan organik bisa berfungsi dan memperbaiki sifat kimia, fisika, biologi tanah sehingga ada sebagian ahli menyatakan bahwa bahan organik di dalam tanah memiliki fungsi yang tak tergantikan (Sutanto, 2005).
Tanah dengan kandungan bahan organik tinggi mempunyai kapasitas penyangga yang rendah apabila basah. Kemampuan tanah untuk menyimpan air salah satunya air hujan menentukan juga spesies apa yang tumbuh. Kadar lengas merupakan salah satu sifat fisika tanah untuk mengetahui kemampuan penyerapan air dan ketersediaan hara pada setiap jenis tanaman
(Anonim, 2007).
Tanah memiliki kualitas yang berbeda disetiap wilayah. Pada tahun 1994 Soil Science Society of America (SSSA) telah mendefinisikan kualitas tanah sebagai kemampuan tanah untuk menampilkan fungsi-fungsinya dalam penggunaan lahan atau ekosistem untuk menopang produktivitas biologis, mempertahankan kualitas lingkungan, dan meningkatkan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan (Agehara dan Wameke, 2005).
Kadar lengas tanah sering disebut sebagai kandungan air (moisture) yang terdapat dalam pori tanah. Satuan untuk menyatakan kadar lengas tanah dapat berupa persen berat atau persen volume. Berkaitan dengan istilah air dalam tanah, secara umum dikenal 3 jenis, yaitu:
a. Lengas tanah (soil moisture) adalah air dalam bentuk campuran gas (uap air) dan cairan.
b. Air tanah (soil water) yaitu air dalam bentuk cair dalam tanah, sampai lapisan kedap air.
c. Air tanah dalam (ground water) yaitu lapisan air tanah kontinu yang berada ditanah bagian dalam (Handayani, 2009).
Beberapa faktor yang memepengaruhi kandungan lengas dalam tanah antara lain anasir iklim, kandungan bahan organik, fraksi lempung tanah, topografi, dan adanya bahan penutup tanah baik organik maupun anorganik (Walker and Paul, 2002).

F. Analisis pH Tanah
pH tanah menunjukkan derajat keasaman tanah atau keseimbangan antara konsentrasi H+ dan OH- dalam larutan tanah. Apabila konsentrasi H+ dalam larutan tanah lebih banyak dari OH- maka suasana larutan tanah menjadi asam, sebalikya bila konsentrasi OH- lebih banyak dari pada konsentrasi H+ maka suasana tanah menjadi basa. pH tanah sangat menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman makanan ternak, bahkan berpengaruh pula pada kualitas hijauan makanan ternak. PH tanah yang optimal bagi pertumbuhan kebanyakan tanaman makanana ternak adalah antara 5,6-6,0. Pada tanah pH lebih rendah dari 5.6 pada umumnya pertumbuhan tanaman menjadi terhambat akibat rendahnya ketersediaan unsur hara penting seperti fosfor dan nitrogen. Bila pH lebih rendah dari 4.0 pada umumnya terjadi kenaikan Al3+ dalam larutan tanah yang berdampak secara fisik merusak sistem perakaran, terutama akar-akar muda, sehingga pertumbuhan tanaman menjadiaa terhambat. (Anonim, 2005).
Hubungan konsentrasi ion H+ dan ion OH- diperhitungkan dengan konsentrasi ion H+ dan dinyatakan dengan istilah pH yaitu yang ekstrim dan yang biasa. Bagi tanah mineral dan jarak antara 2 ekstrim mulai sekitar pH 3,5-10 atau lebih. Perbedaan pH di daerah lembah, nilai terendah sedikit di bawah 5 sedang nilai tertinggi di atas 7 dan di daerah kering, nilai terendah di bawah 7 dan nilai tertinggi sampai kira-kira 9 (Buckman, 1982).
Tanah latosol sifat-sifat kimianya antara lain :
a.  pH 4,5 – 5
b. Zat fosfat dalam tanah laterit mudah bersenyawa dengan unsur besi dan aluminium sehingga sukar dihisap oleh tanah
c. Kadar humusnya mudah menurun karena iklim yang panas dan mudah luntur. Kadar zat kapurnya lambat laun menurun sehingga tanahnya menjadi lebih masam (Kartasapoetra, 1991).
Pemberian kapur menaikkan kadar pH, kadar Ca, dan beberapa hara lainnya, serta menurunkan Al, kejenuhan Al, juga memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah. Pemberian kapur yang menyebabkan sifat dan cirri tanah membaik, meningkatkan produksi tanaman (padi, jagung, kedelai, kacang tanah). Tanah- tanah yang pengapurnya berlebihan menimbulkan masalah- masalah yang merugikan yang berhubungan dengan definisi seng, besi, boron, dan tembaga atau meningkatkan molibaenum (Bailey, 1986).
Kandungan dari pertukaran aluminium sangat tergantung pada pH: polimerisasi dari Al(OH)3  meningkat bersama peningkatan pH dan jumlah pertukaran menurut sebagai hasilnya, meskipun jumlah seluruh Al dalam tanah tidak perlu diubah. Walaupun pengukuran pH pada kenyataannya tidak cukup akurat, kemunduran antara pertukaran aluminium dan pH KCl yang diperhitungkan untuk beberapa jenis tanah (Buurman, 1980).


B. Profil Tanah
Profil tanah adalah urutan susunan horison yang tampak dalam anatomi tubuh tanah. Profil tanah mempunyai tebal yang berlainan, mulai dari yang setipis selaput sampai setebal 10 m. Pada umumnya tanah makin tipis makin mendekati kutub dan makin tebal makin mendekati khatulistiwa (Darmawijaya, 1990).

Tanah terdiri dari beberapa lapisan. Lapisan-lapisan itu terjadi karena dua hal yaitu adanya pengendapan yang berulang-ulang oleh genangan air dan yang kedua adalah karena proses pembentukan tanah. Proses pembentukan tanah ini dimulai dari proses pelapukan batuan induk menjadi bahan induk tanah yang diikuti oleh proses pencampuran bahan organik dengan bahan mineral di permukaan tanah, pembentukan tekstur tanah, pemindahan bagian-bagian tanah dari bagian atas ke bagian bawah dan berbagai proses lain yang dapat mengasilkan horison-horison tanah (Sarwono, 1987).

Horison tanah digambarkan dalam profil, secara vertikal dan berhubungan satu sama lain. Kadang-kadang batas dua horison sangat jelas dan dapat dikenali dengan sangat baik, sehingga tidak menimbulkan keraguan dan salah paham (Abdullah, 1993).

 Dapat dikatakan semua profil tanah memperlihatkan perubahan warna dari suatu horison ke horison berikutnya. Tampaknya ini paling nyata dalam tanah matang. Dalam tanah muda waktu belum mencukupi untuk menghasilkan deferensiasi horison. Dalam tanah sangat tua deferensiasi horison menghilang karena perlindian dan pelapukan yang telah sangat berlanjut yang cenderung menyama ratakan tampakan diseluruh profil (Notohadiprawiro, 1998).

Alfisol merupakan orde yang dicirikan oleh adanya horison ariglik dan mempunyai kejenuhan basa yang tinggi. Urutan proses pembentukan tanah meliputi pencucian karbonat, pencucian besi, pembentukan epipedon ochric (horison A1), pembentukan horison Aloik dan pengendapan Argilan (Buckman, 1982).

C. Sifat Fisika Tanah
Sifat fisika tanah adalah sifat yang bertanggung jawab atas peredaran udara, bahang, air, dan zat terlarut dalam tanah. Sifat ini sangat beragam dalam tanah tropika, termasuk beberapa yang tidak dikenal di wilayah iklim sedang. Banyak sekali tanah ultisol dan alfisol mudah sekali terkena pengikisan karena perubahan tekstur yang tajam. Beberapa sifat fisika tanah dapat dan memang berubah karena penggarapan tanah. Banyak sifat tanah membusuk akibat pengolahan, membuat tanah menjadi kurang lulus air, dan lebih mudah karena limpasan dan pengikisan (Sanchez, 1992).

Tekstur tanah adalah kehalusan atau kekasaran bahan tanah pada perabaan berkenaan dengan perbandingan berat antar fraksi tanah. Jadi, tekstur adalah ungkapan agihan besar zarah tanah atau proporsi nisbi fraksi tanah. Dalam hal fraksi lempung merajai dibandingkan dengan fraksi debu dan pasir, tanah dikatakan bertekstur halus atau lempungan. Oleh karena tanah bertekstur halus sering bersifat berat diolah karena sangat sulit dan lekat sewaktu basah dan keras sewaktu kering, tanah yang dirajai fraksi lempung juga disebut bertekstur berat (Notohadiprawiro, 1998).

Tanah bertekstur halus didominasi oleh liat, sehingga memiliki permukaan yang lebih luas bila dibandingkan dengan yang bertekstur kasar, sehingga kapasitas absorbsi unsur hara lebih banyak dan lebih subur. Mikropouse pada tanah bertekstur halus sebagai retensi air, dan makropouse pada tanah bertekstur kasar mempunyai fungsi sebagai gerakan udara dan air (Sutarman, 1993).

Tekstur tanah menunjukan kasar atau halusnya suatu tanah, teristimewa tekstur merupakan perbandingan relatif pasir, debu, dan tanah liat atau kelompok partikel lain yang ukurannya lebih kecil dari kerikil (diameter kurang dari 2 mm). pada beberapa jenis tanah, kerikil, batu dan batuan induk dari lapisan tanah yang ada juga mempengaruhi                                    penggunaan tanah (Foth, 1994).

Kriteria untuk perbedaan antara tanah dengan dan tanpa tekstur horison B seharusnya elastis, terstruktur, dan terdrainase. Tanah yang dapat ditembus air dan memiliki struktur yang lemah dan kulit lempung yang lemah tidak seharusnyadigolongkan pada tanah Podsol Merah- Kuning kecuali perbedaan dalam tekstur antara permukaan dan horison bawah permukaan sangat kasar yang menghalangi pertumbuhan akar (Buurman, 1980).

Bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah tidak hanya menyediakan unsur hara bagi tanaman, tetapi juga dapat memperbaiki sifat fisik tanah. Bahan organik berperan sangat penting di dalam menciptakan struktur tanah yang ideal bagi pertumbuhan tanaman, meningkatkan kemampuan tanah menahan air, meningkatkan kapasitas infiltrasi dan stabilitas agregat tanah dan pada akhirnya akan menurunkan aliran permukaan dan erosi (Sukarno, 1995).

Konsistensi adalah ketahanan tanah terhadap kepecahan yang ditentukan oleh sifat-sifat kohesif dan adhesif seluruh massa tanah. Jika struktur berkaitan dengan bentuk, ukuran dan kebedaan agregat tanah alami, konsistensi berkaitan dengan kekuatan dan gaya antar partikel . konsistensi itu penting untuk proses pembajakan (Soenartono, 1978)

Alfisol pada umumnya berkembang dari batu kapur, olivin, tufa dan lahar. Bentuk wilayah beragam dari bergelombang hingga teroreh, tekstur berkisar antara sedang hingga halus, drainasenya baik. Jeluk tanah dangkal hingga dalam (Buckman, 1982).

Pada umumnya warna tanah mempunyai hubungan dengan oksida-besi yang terhidratasi relatif tidak stabil dalam keadaan lembab, maka warna merah biasanya menunjukkan drainase dan aerasi yang baik. Tanah merah sekali biasanya terdapat di permukaan yang cembung (convex) terletak di atas batuan permeabel. Meskipun demikian, ada pula tanah-tanah merah yang berasal dari bahan induknya (Darmawijaya, 1990).

Tekstur tanah adalah susunan relative dari tiga ukuran zarah tanah, yaitu pasir berukuran 2 mm-5 mikrometer, debu berukuran 50-2 mikrometer dan liat berukuran < 2 mikrometer.  Untuk keperluan pemeliharaan ada 13 kelas tekstur tanah yaitu : pasir, debu, liat, pasir berlempung, lempung berpasir, lempung, lempung berdebu, lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung dan liat berdebu.

Pembagian itu kemudian disederhanakan menjadi tujuh kelas yang terdiri dari pasir, lempung kasar, lempung alus, debu kasar, debu alus, liat debu dan liat sangat halus.
Penetapan tektur tanah secara garis besar dibagi dua yaitu :
penetapan dilapang dan penetapan dilaboratorium.  Penetapan lapang dilakukan dengan membasahi tanah kering atau lembab, kemudian dispirit diantara ibu jari dan telunjuk sehingga membentuk pita lembab sambil di perhatikan adanya rasa kasar atau licin.
penetapan tekstur tanah dilaboratorium, ada melalui tiga tahapan dalam analisis ukuran artikel yaitu menghilangkan bahan-bahan pengikat tanah, dispersikan kimiawi partikel-partikel tanah dan pecahan.  Untuk dapat mengerti dan memahami juga mempelajari tekstur tanah, maka dilakukan praktikum mengenal tekstur tanah.
Tekstur tanah sangat mempengaruhi jumlah  air.  Semakin tinggi persentasi pasir dalam tanah maka semakin banyak ruang pori pori diantara partikel partikel tanah tersebut, sehingga kadar air dalam tanah menjadi rendah.  Dan menyebabkan tanah menjadi tidak subur. Liat dan debu memiliki kemampuan yang tinggi mengikat air, sehingga persentase liat dan debu tinggi, dan kadar airnya pun tinggi. Hukum ”stokes” menghubungkan kecepatan penurunan terbatas dari suatu bola yang lunak dan kasar dalam suatu cairan yang kental yang diketahui densitas dan viskositas terhadap diameternya jika dicobakan dengan kekuatan lapang yang diketahui. Bila dihubungkan dengan antara hukum stokes dengan tekstur tanah yakni debu, liat, dan pasir, terdapat perbedaan dengan kemampuan tanah tertentu untuk menyediakan elemen-elemen tanaman yang esensial atau kesuburan tanah. Tanah-tanah dengan kandungan liat tinggi cendrung mempunyai kapasitas yang tinggi, menahan air maupun unsur hara yang tersedia.

Tanah yang baik untuk tanaman adalah tanah Inceptisol, karena tanah ini mengandung bahan organic dan unsur hara yang cukup tinggi sehingga tanaman menjadi subur. Sedangkan tanah Ultisol merupakan tanah yang miskin unsur hara maupun bahan organik. Selain itu tanah ini juga mempunyai akumulasi liat pada horizon bawah permukaan tanah, sehingga mengurangi daya serap air dan meningkatkan aliran permukaan serta aerasi tanah.Tanah berpengaruh penting pada tanaman melalui hubungan dengan air dan udara. Kemampuan tanah untuk menyimpan air di antara hujan yang terjadi menentukan pemberian musiman kelembaban tanah dan biasanya menentukan spesies apa yang tumbuh dalam sebuah hutan kecepatan tumbuhnya.

Tekstur tanah memiliki efek bagi pengolahan tanah, kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman. Dalam pengelolaan kesuburan tanah, penetapan tekstur tanah sangat perlu untuk dilakukan, karena dapat memberikan gambaran yang luas mengenai sifat-sifat tanah lainnya.





. PEMBAHASAN

Tekstur tanah menunjukan kasar atau halusnya suatu tanah.  Teristimewa tekstur merupakan perbandingan relatif pasir debu dan liat atau kelompok partikel dengan ukuran lebih kecil dari kerikil (diameternya < 2 mm). Pada beberapa tanah, kerikil, batu, dan batuan induk dari lapisan tanah yang ada juga mempengaruhi tekstur dan mempengaruhi penggunaan tanah. 

Tekstur tanah merupakan ukuran relatif partikel tanah yang mengacu pada kehalusan dan kekasaran tanah.  Atau tekstur tanah adalah perbandingan relatif pasir, debu dan liat, laju dan berapa jauh berbagai reaksi fisika dan kimia penting dalam pertumbungan tanaman, diatur oleh tekstur, karena menentukan jumlah permukaan tempat terjadinya reaksi. 

Ciri-ciri tanah Ultisol adalah sebagai berikut:
pH rendah
Daya simpan air terbatas
Kedalaman efektif terbatas
Derajat agregasi rendah dan kemantapan agregat rendah
Adanya peningkatan fraksi

Pada percobaan penetapan tekstur tanah dilakukan di laboratorium. Kelebihan pepetapan tekstur tanah di laboratorium adalah lebih akurat melalui percobaan dan perhitungan yang tepat dan dengan catatan tidak ada tekstur pengganggu. Selain itu keunggulan dari penetapan di laboratorium yaitu pisahan pasir, debu, dan liat dapat diukur. Sedangkan kelemahannya adalah lebih banyak menggunakan peralatan dan faktor-faktor pengganggunya harus diminimalisir agar mendapat hasil yang lebih akurat. Dan kelemahan lain yaitu memerlukan kelebihan yang tinggi dan kurang praktis dilakukan.

Dan kelebihan penetapan di lapang antaranya adalah lebih sederhana dan lebih menghemat waktu, karena bisa dilakukan secara langsung tanpa mengunakan alat-alat dan lebih mudah dilaksanakan. Sedangkan kelemahannya adalah hasilnya tidak akurat, dan tidak bisa tepat karena hanya menggunakan metode mengira-ngira.
Pada percobaan ini didapat tekstur tanah dari masing-masing contoh tanah. Contoh tanah yang digunakan adalah tanah di daerah gedung meneng dan gading rejo. Berdasarkan penetapan tekstur baik secara kualitatif maupun kuantitatif, tanah pada daerah gedung meneng teksturnya adalah lempgn berpasir, sedangkan contoh tanah pada daerah gading rejo adalah lempung berliat.

Dari contoh tanah tersebut tanah yang paling baik digunakan untuk pertanian adalah tanah dari daerah gading rejo. Hal ini dikarenakan tanah tersebut mengandung bahan organik dan undur hara tinggi sedangkan daerah gedung meneng erupakan tanah yang kurang kaya akan unsur hara maupun organik.

Tekstur tanah sangat mempengaruhi jumlah  air.  Semakin tinggi persentasi pasir dalam tanah maka semakin banyak ruang pori pori diantara partikel partikel tanah tersebut, sehingga kadar air dalam tanah menjadi rendah.  Dan menyebabkan tanah menjadi tidak subur. Liat dan debu memiliki kemampuan yang tinggi mengikat air, sehingga persentase liat dan debu tinggi, dan kadar airnya pun tinggi. Hukum ”stokes” menghubungkan kecepatan penurunan terbatas dari suatu bola yang lunak dan kasar dalam suatu cairan yang kental yang diketahui densitas dan viskositas terhadap diameternya jika dicobakan dengan kekuatan lapang yang diketahui. Bila dihubungkan dengan antara hukum stokes dengan tekstur tanah yakni debu, liat, dan pasir, terdapat perbedaan dengan kemampuan tanah tertentu untuk menyediakan elemen-elemen tanaman yang esensial atau kesuburan tanah. Tanah-tanah dengan kandungan liat tinggi cendrung mempunyai kapasitas yang tinggi, menahan air maupun unsur hara yang tersedia.

Tanah yang baik untuk tanaman adalah tanah Inceptisol, karena tanah ini mengandung bahan organic dan unsur hara yang cukup tinggi sehingga tanaman menjadi subur. Sedangkan tanah Ultisol merupakan tanah yang miskin unsur hara maupun bahan organik. Selain itu tanah ini juga mempunyai akumulasi liat pada horizon bawah permukaan tanah, sehingga mengurangi daya serap air dan meningkatkan aliran permukaan serta aerasi tanah.Tanah berpengaruh penting pada tanaman melalui hubungan dengan air dan udara. Kemampuan tanah untuk menyimpan air di antara hujan yang terjadi menentukan pemberian musiman kelembaban tanah dan biasanya menentukan spesies apa yang tumbuh dalam sebuah hutan kecepatan tumbuhnya.

Tekstur tanah memiliki efek bagi pengolahan tanah, kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman. Dalam pengelolaan kesuburan tanah, penetapan tekstur tanah sangat perlu untuk dilakukan, karena dapat memberikan gambaran yang luas mengenai sifat-sifat tanah lainnya.



 KESIMPULAN


Adapun kesimpulan yang didapat dari percobaan yang telah dilakukan adalah :
1.        Penetapan tekstur tanah dapat dilakukan dalam dua cara yaitu penetapan tekstur tanah menurut perasaan di lapang dan penetapan tekstur tanah di laboratorium
2.        Tekstur tanah pada penetapan tekstur tanah dilaboratorium diperoleh tekstur lempung berliat pada tanah inceptisol. Sedangkan pada tanah ultisol adalah lempung berpasir
3.        Jenis tanah yang baik untuk pertanian adalah tanah inceptisol, karena mengandung unsur hara dan bahan organik yang banyak
4.        Kelebihan penetapan tekstur tanah dilaboratorium adalah lebih akurat. Sedangkan dilapang adalah lebih sederhana dan hemat waktu.
5.        Berdasarakan hasil percobaan, tekstur tanah untuk gedung meneng adalah lempung berpasir, sedangkan tekstur tanah untuk contoh tanah gading rejo adalah lempung berliat.
6.        Persentase (%) susunan relatif tanah gading rejo adalah pasir 41%, debu 23% dan liat 36%.
















DAFTAR PUSTAKA


Darmawijaya, M. 1990. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

Foth, H.D. 1998. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

Hakim,dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung: Lampungl.

Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo: Jakarta.

Munir, M. 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia. PT. Dunia Pustaka Jaya: Jakarta.

Poerwowidodo. 1991. Ganesha Tanah. CV. Rajawali: Jakarta
           


Tidak ada komentar:

Posting Komentar